Master Taekwondo Indonesia

Jaksa Agung Juga Grand Master Taekwondo: Kisah Inspiratif Reda Manthovani

GIDO TAEKWONDO – Tak hanya ahli seorang ahli hukum, ternyata seorang jaksa agung juga bisa menjadi grand master taekwondo. Kisah inspiratif ini datang dari Jaksa Agung Muda Intelijen (JAM-Intel) Kejaksaan Agung RI, Prof. Dr. Reda Manthovani, S.H., LL.M.

Beliau mendapat anugerah Gelar Kehormatan Grand Master Taekwondo (The Honorary 6th Dan) dari Kukkiwon, Markas Taekwondo Dunia, di Korea Selatan. Berikut kisah lengkapnya, melansir dari jppn.com:

Gelar Grand Master taekwondo

Prof. Dr. Reda Manthovani diberikan sebuah kehormatan menjadi seorang Grand Master oleh Kukkiwon, sebagai apresiasi atas kontribusinya terhadap pengembangan taekwondo di Indonesia.

Kukkiwon adalah Markas Taekwondo Dunia yang ada di Distrik Gangnam-gu, Seoul. Organisasi ini adalah pusat pengembangan taekwondo. Tugas mereka adalah menerbitkan rangking, promosi sabuk hitam (dan), juga sertifikasi dalam bidang taekwondo.

Gelar The Honorary 6th Dan atau Grand Master (Kudanja) ini, diserahkan langsung oleh Presiden Kukkiwon, Dr. Dongsup Lee, pada sebuah seremoni di Korea Selatan.

Melansir dari rakyatbenteng.bacakoran.co, gelar ini hanya diberikan kepada individu yang dinilai memiliki kontribusi luar biasa dalam pengembangan Taekwondo, baik secara nasional maupun global.

Reda sangat bahagia menerima penghargaan ini. “Saya sangat senang dan bersyukur bisa mendapatkan penghargaan ini. Semoga semangat Taekwondo terus menginspirasi dan menyatukan kita semua,” ungkapnya.

Gelar Grand Master Taekwondo ini bukan hanya menjadi kebanggaan pribadi bagi Reda Manthovani, tetapi juga menjadi pengakuan global atas dedikasi dan kerja kerasnya dalam memajukan taekwondo di Indonesia sebutnya.

BACA JUGA: Sabuk Taekwondo: Warna, Tingkatan dan Filosofinya

Kontribusi dalam Taekwondo untuk kamu disabilitas

Selain sibuk menjadi seorang Jaksa Agung,Reda juga aktif dalam mengembangkan Taekwondo Indonesia. Beliau berjasa dalam pengembangan dan promosi olahraga Taekwondo, bagi komunitas disablitas Indonesia.

Ia sukses menggelar Prof. Reda Manthovani Cup 2025, sebuah Exhibition Para Taekwondo “Kyorugi & Poomsae” pada Januari 2025. Turnamen ini menjadi alat unjuk gigi para atlet disabilitas, sekaligus bentuk komitmen Prof. Reda pada kesetaraan di dunia olahraga.

Atas penghargaan itu, ia mengaku merasa termotivasi untuk mengembangkan taekwondo di Indonesia. “Saya mendapatkan penghargaan ini, sehingga menjadi motivasi saya untuk mengembangkan taekwondo di Indonesia,” ujar beliau.

Kecintaan dan Prestasi dalam Taekwondo

Komitmen Reda dalam mengembangkan taekwondo di tingkat akar rumput, tak lepas dari kecintaannya terhadap Taekwondo. Beliau memahami betul tentang filosofi dan semangat taekwondo, yang telah ia dapatkan dari pengalamannya saat menjadi atlet.

Reda telah memiliki ketertarikan terhadap Taekwondo sejak muda. Beliau memulai perjalanan taekwondonya sudah dimulai sejak SMA.

Ketertarikannya itupun kemudian berlanjut hingga Reda Mathovani menjadi mahasiswa. Tak tanggung-tanggung, ia berhasil menorehkan prestasi sebagai atlet terbaik dalam kejuaraan nasional antar-sarjana pada tahun 1990.

Itulah yang menumbuhkan kecintaannya terhadap Taekwondo, hingga ia tetap terus berkecimpung di dunia Taekwondo. Grand Master Taekwondo ini memberikan inspirasi bagi atlet penerusnya untuk terus berkontribusi walaupun telah memiliki karir lain.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *